Minggu, 22 Desember 2013

Keprihatinan Atas Prestasi Anjlok di SEA Games

Fitra Iskandar - Okezone

Indonesia juga gagal meraih emas di sepakbola.(foto:SEA Games)
Kontingen Indonesia gagal mengemban target menduduki posisi tiga klasemen medali di SEA Games 2013 Myanmar.Misi itu dipastikan kandas karena hingga hari terakhir SEA Games ke-27 ini, Indonesia berhenti di posisi keempat.

Prestasi tersebut tidak menggembirakan dunia olahraga Tanah Air. Mengingat pada SEA Games 2011, Indonesia merupakan juara umum dengan 182 emas, 151 perak dan 143 perunggu. Thailand yang menjadi pesaing terberat kala itu menguntit di posisi runner-up dengan 109 emas, 100 perak dan 120 perunggu.

Di Myanmar, para pejuang Merah-Putih dari ranah olahraga ini hanya bisa mengumpulkan 65 emas, 84 perak, dan 111 perunggu. Padahal Indonesia mematok target meraih 120 medali emas dan masuk ke tiga besar. Target emas di cabang bergengsi, sepakbola, pun luput dari genggaman, setelah Indonesia kalah di final dari Thailand.

Di SEA Games kali ini, Indonesia berada di bawah Thailand yang ada di urutan pertama dengan 107 emas 104 perak, dan 91 perunggu. Di susul Myanmar di tempat kedua dengan 86 emas, 62 perak dan 85 perunggu. Sementara, Vietnam mengoleksi 73 emas, 86 perak dan 86 perunggu.

“Dengan menempati peringkat empat, maka Indonesia kembali ke masa prestasi kelabu  di ajang SEA Games seperti yang diraih di SEA Games XXIV/2007 di Nakhon Rachasima, Thailand.  Beruntung tidak terpuruk pada prestasi terburuk ke posisi lima seperti yang terjadi pada SEA Games XXIII/2005 di Manila, Filipina,” demikian pernyataan Serikat Wartawan Olahraga Indonesia (SIWO PWI) Pusat dalam surat keprihatinan atas prestasi kontingen Indonesia di SEA Games  2013 Myanmar, Minggu (22/12/2013).

Dalam keterangannya, SIWO menilai kegagalan ini sudah dapat diprediksi dengan melihat persiapan kontingen yang penuh kendala, seperti munculnya persoalan uang saku atlet yang tersendat-sendat,pengadaan peralatan latihan yang minim, serta program uji coba yang tertunda atau tidak sesuai program.

“Semua itu muncul karena belum jelasnya masalah pendanaan olahraga Indonesia terutama dalam persiapan menghadapi kegiatan multievent seperti SEA Games, Asian Games dan bahkan Olimpiade. Pemerintah belum bisa memberikan pendanaan yang memadai dan jelas. Pemerintah masih menganggap olahraga sebagai prioritas yang ke sekian dalam pembangunan bangsa,” lanjut pernyataan tersebut.

Buruknya persiapan kontingen diperparah dengan kondisi tidak kondusif dalam pembinaan olahraga nasional terkait adanya rebutan kepentingan antarlembaga.

Beberapa organisasi induk cabang olahraga (Pengurus Besar) terpecah belah. Kasus terakhir tentunya persaingan antara Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI).

SIWO PWI pun mendesak pemerintah, dalam hal ini Kantor Menteri Pemuda dan Olahraga bersama KOI dan KONI segera melakukan evaluasi yang ketat dan mendalam tentang sebab kegagalan di Myanmar.

Mengusulkan agar Kemenpora, KOI dan KONI meninjau kembali dan membubarkan Program Indonesia Emas agar bisa dilakukan perbaikan menyeluruh baik program maupun reposisi dan personel yang mendukungnya.

Selain itu, pemerintah diminta melakukan percepatan skala prioritas pembinaan pada cabang-cabang olimpiade potensi indonesia dan cabang ibu olahraga yaitu atletik, renang dan senam.
Untuk persoalan perseteruan antarlembaga, SIWO berharap KOI dan KONI mengakhiri konflik kepentingan untuk bekerja sama memperbaiki merosotnya prestasi olahraga Indonesia.

Pemerintah (Kemenpora) dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, juga didesak segera memperjuangkan olahraga menjadi leading sector dalam pembangunan bangsa dan negara, Dengan demikian, ada aksi untuk memperjuangkan anggaran yang memadai dan jelas untuk pembangunan olahraga. Seperti yang dilaksanakan bangsa-bangsa dan negara-negara besar di dunia.

Dalam era informasi ini, menurut SIWO, Kemenpora, KOI, KONI dan induk organisasi cabang olahraga perlu menerapkan penyampaian informasi yang terbuka dan tertata dengan baik. Sebab, menguasai informasi menjadi salah satu prasyarat untuk menggelorakan semangat cinta olahraga dan memenangkan pertarungan di kancah olahraga.

“Kami amat prihatin atas prestasi Kontingen Indonesia di SEA Games Myanmar. Prestasi di Myanmar harus menjadi pelajaran untuk melakukan perbaikan serius ke depan,” tulis SIWO.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Web Hosting Bluehost